Iklan


Teks Karo - Guru Patimpus dilahirkan di Aji Jahe salah satu kampung di Taneh Karo Simalem yang sejuk, dingin, nyaman dengan angin pegunungannya. Ia menikah di Batu Karang dengan beru Bangun, mendirikan kampung di Perbaji dan memiliki seorang anak laki-laki bernama Bagelit. Guru Patimpus bertubuh kekar, tinggi, gagah, dan berjiwa patriotik seperti seorang panglima. Ia juga seorang Guru, yang dalam bahasa Karo berarti seorang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan, ilmu obat-obatan, ilmu gaib, dan memiliki kesaktian, namun Ia-nya berjiwa penuh kemanusiaan lemah lembut dalam bertutur kata, mempunyai karakteristik yang simpatik, berwibawa, berjiwa besar dan pemberani.

Dengan menuruni lembah-lembah yang penuh mistis, hutan semak belukar dan binatang buas, ia mendaki lembah-lembah yang terjal dan curam, dengan menelusuri aliran Lau Petani menuju ke satu bandar di hilir sungai Deli untuk suatu tujuan yaitu mencoba ilmu kesaktiannya dan belajar pada Datuk Kota Bangun seorang Guru dan Ulama besar yang terkenal pada masa itu.

Setelah beberapa lama bermukim ia kawin dengan seorang putri dari pulau Brayan keturunan anak panglima Deli, bermarga Tarigan dan sekitar tahun 1590 M, ia membuka dan mendirikan kampung dipertemuan dua buah sungai Deli dan Babura yang dinamainya dengan ‘Medan’, dari perkawinannya ini lahirlah salah seorang putra yang diberinya nama Hafis Muda, dari sinilah silsilah keturunan Datuk Wajir Urung 12 Kuta (Datuk Hamparan Perak), keturunan terakhir dari Generasi ke-XV adalah Datuk Adil Freddy Haberham, SE sebagai salah seorang Datuk 4 suku dikesultanan Deli.

Guru Patimpus telah menjadi milik Masyarakat Kota Medan. Ia berjiwa Nasionalis dibuktikan dengan tidak dicantumkannya Marga Sembiring Pelawi pada Dirinya dan Anak Cucu Keturunannya.

Pemko Medan telah memberikan penghargaan terhadap Guru Patimpus, yaitu dengan ditetapkannya Hari Jadi Kota Medan pada tanggal 1 Juli 1590 dan kemudian memberikan nama kepada salah satu jalan di petisah dengan nama jalan Guru Pa Timpus.

Apa yang telah dilakukan Guru Patimpus adalah merupakan salah satu sejarah bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya, corak dan peninggalan sejarahnya telah memberikan warna khas kepada kebudayaan bangsa, serta hasil pembangunan yang mengandung nilai perjuangan, kepeloporan yang merupakan kebanggaan nasional ini, perlu terus digali dan dilestarikan, dipelihara, serta dibina untuk memupuk semangat perjuangan dan cinta tanah air. Perencanaan Pembangunan disemua tingkatan haruslah diperhatikan pelestariannya, apalagi pelestarian bangunan benda yang mengandung nilai sejarah bertitik tolak dari keagungan Jiwa Guru Patimpus.

Adapun sejarah perjalanan singkat Guru Patimpus diatas dikutip dari langsung dari sumber yang layak dipercaya, yaitu Proposal Pembangunan Monumen Guru Patimpus.

Tapi saya sangat menyesali orang-orang yang tidak peduli seperti informasi yang saya dapat ini.
berikut informasinya..

Pencarian makam Guru Patimpus, pendiri Kota Medan berakhir sudah. Makam orang pertama yang membuka perkampungandi antara Sungai Deli dan Sungai Babura, yang menjadi cikal bakal Kota Medan, 420 tahun lalu itu ditemukan aktivis Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial (PUSSIS) Universitas Negeri Medan (Unimed) di kawasan Hamparan Perak, Deliserdang, Sumut.

“Makam itu kami temukan berdasarkan tradisi lisan yang disampaikan oleh masyarakat sekitar,” ujar Ketua PUSIS Unimed Phil Ichwan Azhari di Medan Kamis 8 Juli 2010.

Makam Guru Patimpus berada di antara ladang-ladang masyarakat yang tidak terawat dan memprihatinkan. Ilalang memenuhi sekitar makam yang memiliki batu sebagai nisan tetapi tidak bernama tersebut.

“Hanya ada batu di sisi kaki dan sisi kepala saja. Makamnya juga berupa gundukan tanah. Tidak ada sama sekali literatur tulisan di makam yang menyebutkan bahwa itu makam Guru Patimpus,” terangnya.

Begitu pun, dari tradisi lisan turun-temurun yang dilakukan masyarakat sekitar dinyatakan kalau makam tersebut merupakan makam Guru Patimpus. “Sejauh ini tidak ada makam yang defenitif Guru Patimpus sehingga dengan ditemukannya makam ini untuk sementara kita memastikan kalau memang di situlah makam Guru Patimpus,”ujar Ichwan.

Sekretaris PUSsIS Unimed Eron Damanik menambahkan, berdasarkan keterangan masyarakat di sekitar, makam Guru Patimpus ini awalnya memiliki panjang 4 meter, namun sekarang menjadi 1,5 meter. “Dulu di satu sisi makam tersebut ada pohon besar seperti pohon beringin.Masyarakat sekitar menandai makam Guru Patimpus ini dengan keberadaan pohon tersebut. Tetapi, sekarang pohon tersebut sudah ditebang tinggal sisa-sisa kayu saja yang terlihat,” katanya.

Ichwan berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Medan memerhatikan keberadaan makam Guru Patimpus yang kondisinya sangat memrihatinkan itu.

“Kalau memang diperlukan bisa dilakuan penelitian ulang. Apalagi Medan mengakui kalau Guru Patimpus merupakan pendiri kota Medan,” bebernya.

Selama ini, situs sejarah tentang Guru Patimpus yang bisa diakses masyarakat Medan hanyalah satu,tugu Guru Patimpus yang terletak di Jalan Gatot Subroto. “Makam ini sebaiknya menjadi satu situs sejarah bagi warga Medan untuk mengetahui keberadaan Guru Patimpus,” tandasnya.

Di sisi lain, Koordinator Gerakan Peduli Guru Patimpus Sembiring Pelawi, Edi Surbakti menyebutkan, keberadaan makam Guru Patimpus memang tidak pernah diketahui masyarakat. Dari berbagai sejarah,termasuk hikayat Hamparan Perak memang tidak disebukan dimana makam Guru Patimpus.

“Kita memang menginginkan harus ada penelitian lebih lanjut terhadap makam yang ditemukan tersebut. Jika memang makam itu adalah makam Guru Patimpus, maka harus segera dilakukan pemugaran sehingga menjadi situs sejarah kota Medan,” tegasnya.

Disebutkan Edi, Guru Patimpus dilahirkan di Aji Jahe, satu kampung di Kabupaten Karo. Dalam masa perantauannya, Guru Patimpus menelusuri aliran Lau (sungai) Petani, menuju ke satu bandar di hilir Sungai Deli. Setelah beberapa lama bermukim di sana, dia kawin dengan seorang putri dari Pulau Brayan yang merupakan keturunan anak Panglima Deli bermarga Tarigan.

Sekitar tahun 1590 M dia membuka dan mendirikan kampung di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura yang dinamainya dengan Medan. Di kampung ini dulunya banyak orang sakit, di situlah Patimpus berjasa dengan mengobati orang-orang sakit. “Sejarah berdirinya kota Medan tentu saja bermula saat Guru Patimpus membuka kampung Medan yang semula dalam bahasa Karo disebut Madan,yang artinya sembuh dan baik,” urainya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Medan Lesmaria Hutabarat mengaku belum mengetahui penemuan makam Guru Patimpus. Jika memang sudah ada petunjuk bahwa makam itu merupakan tempat peristirahatan terakhir orang yang pertama kali membuka kawasan perkampungan sebagai cikal bakal Kota Medan itu, maka Pemko Medan akan meninjau lokasinya.

“Kami akan koordinasi dengan PUSSIS Unimed,” ujarnya. Dia berharap nantinya makam ini akan diteliti dan dianalisis mendalam agar tidak menimbulkan kontroversi sejarah di belakang hari.

Wakil Ketua DPRD Medan Ikhrimah Hamidy juga mengatakan hal serupa. Menurut dia, tetap dibutuhkan penelitian mendalam untuk memastikan kuburan tersebut tempat jasad Guru Patimpus dimakamkan. Setidaknya harus ada uji karbon dan sebagainya jika ingin memastikannya mengingat belum satu pun ada literatur tertulis seperti mengenai sejarah Guru Patimpus yang berasal dari prasasti selama berada di Medan.

Pencarian makam Guru Patimpus kata dia, sudah pernah dilakukan pada 1970-an. Pemko dan DPRD Medan saat itu sepakat mencari tahu sejarah pasti berdirinya kota Medan, namun saat itu tidak ditemukan satupun prasasti yang bisa dijadikan pedoman sejarah, termasuk makam Guru Patimpus.

“Jika memang sudah ada petunjuk awal mengenai keberadaan makam tersebut, maka Pemko dan DPRD Medan harus serius untuk memberikan perhatian terhadap temuan tersebut. Kami akan segera berkoordinasi dengan PUSSIS Unimed,” ujarnya. (EKSPOSnews)

source "https://asanisembiring.wordpress.com/gallery/guru-patimpus/"
Baca Juga

Post a Comment

Previous Post Next Post